Dalam pidato yang sangat sarat dengan tema agama tapi untuk tujuan politik itu,
Golkar diposisikan sebagai kelompok yang didekatkan kepada model kafir Quraisy,
hingga orang kafir Quraisy dia singkat menjadi Gokkarqur, golongan kafir
Quraisy. Dalam istilah Islam yang umum, orang kafir Quraisy tidak pernah disebut
pakai Golongan segala, cukup Kafir Quraisy atau orang kafir Quraisy, maksudnya
adalah orang kafir dari suku Quraisy.
Tetapi penyingkatan yang Noer Iskandar
lakukan dengan menjulukinya sebagai Gokkarqur itu tidak lain tujuannya adalah
untuk “mengkafir Quraisykan” Golkar. Apalagi secara terus terang Noer Iskandar
menyebut Golkar membela korupsi, neraka... Di situ dikontraskan dengan
orang NU membela ulama, surga... sehingga posisinya, seolah Gus Dur yang
kesabarannya seperti Nabi saw itu adalah di pihak Islam, dipimpin oleh orang
yang seperti Nabi, sedang lawannya adalah golongan yang seperti kafir Quraisy.
Maka apabila melawan golongan yang statusnya bagai kafir Quraisy itu matinya
mendapatkan kredit point masuk surga.
Pemujian itu adalah tipuan terang-terangan. Mana bisa
Gus Dur dianggap tidak pernah marah, hingga digambarkan bagai kesabaran dan
mulianya akhlaq Nabi saw yang diludahi namun tetap berbuat baik pada pelakunya.
Gus Dur justru jauh dari akhlaq Islam. Bukan sekadar marah, tetapi sampai
menghina anggota DPR sebagai anak-anak TK (Taman kanak-Kanak). Juga main tuduh
kepada Ummat Islam, katanya yang jadi biang kerusuhan Maluku itu ummat Islam. Di
samping itu, menurut keputusan sidang DPR, mulut Gus Dur dinilai oleh Pansus
(panitia khusus) DPR tidak konsisten alias bohong dalam memberi keterangan
tentang dana dari Sultan Brunei Darus Salam, Hasanal Bolkiah. Lakonnya, juga
lakon orang elit NU banyak yang tidak istiqomah pula.
Bila Kiyai Menjadi Tuhan
Membedah Faham Keagamaan NU & Islam Tradisional
Oleh : Hartono Ahmad Jaiz
Kunjungi juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar