Semua luaran SMA pada dasarnya secara akademik berhak untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Namun keinginan untuk melanjutkan ini tidak sesuai dengan kenyataan, oleh karena terbatasnya daya tampung di Perguruan Tinggi. Sebab itu mereka harus dirank (tanpa ing, sebab kata rank hanya dalam bentuk noun dan ajective, bukan verb), melalui apa yang disebut dengan (U)jian (M)asuk (P)erguruan (T)inggi (N)egeri, nama mantannya adalah Sipenmaru (tidak ada hubungannya dengan nama kapal). Supaya pekerjaan anak-anak itu dapat diperiksa oleh komputer, maka soal-soal UMPTN harus dijawab dengan pilihan ganda, multiple choice. Sebabnya ialah komputer tidak mampu untuk memeriksa pekerjaan proses jalannya soal. Seorang anak yang salah menandai angka atau tidak menandai sama sekali jawaban pilihan ganda itu, belum tentu tidak tahu seluk beluknya memecahkan soal, artinya jalan pemecahannya betul, anak mengerti, cuma terjadi salah hitung. Dan sebaliknya anak yang menandai / memilih jawaban angka yang betul, belum tentu dapat memecahkan soal, hanya kebetulan menerka dengan coba-coba saja, atau mendapatkan kode jawaban dari jokinya, nama mantannya ujung tombak. Kesimpulannya, demi untuk dapat diperiksa oleh kompueter, akibatnya adalah diragukan tentang absahnya UMPTN sebagai alat seleksi. Artinya, demi komputer, tujuan UMPTN tidak tercapai, bahkan timbul efek sampingan yang akibatnya tidak menjadi sampingan lagi, karena sangat memusingkan, yaitu timbulnya lapangan kerja baru, joki. Maka dalam kasus UMPTN ini, teknologi sudah digeser dari alat menjadi tujuan.
Bagaimana caranya supaya teknologi komputer dapat tetap menjadi alat, dan UMPTN mencapai hasil dan tidak timbul joki? Jawabannya adalah soal-soal bukan sistem pilihan ganda, proses jalannya pemecahan soal diperiksa secara tersebar di Perguruan-Perguruan tinggi oleh para dosen dari Perguruan Tinggi itu masing-masing.
Ada pula hikmahnya yakni dalam UMPTN yang demikian itu terjadi pula pemerataan pembagian rezeki berupa honorarium memeriksa. Dan hikmahnya yang lain tidak mungkin timbul profesi joki, karena sangatlah sulit untuk mengkomunikasikan proses jalannya soal-soal yang cukup panjang, tak mungkin disampaikan dengan mempergunakan kode. Adapun komputer hanya dipakai dalam menyusun rank hasil pemeriksaan para dosen, sehingga dalam hal ini teknologi komputer sudah betul-betul menjadi alat dan bukan sebagai tujuan lagi.
Walhasil penggunaan teknologi ibarat makan dan minum jangan berlebihan. Sebab Allah tidak mencintai orang yang berlebih-lebihan. Wa laa tusrifuw, innahu- laa yuhibbu lmusrifien. Artinya, janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Dia, Allah, tidak mencintai orang yang berlebih-lebihan. (S. Al A'raaf, 31). WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 29 Desember 1991 [H.Muh.Nur Abdurrahman]
KUMPULAN TULISAN H.M. NUR ABDURRAHMAN
(Dari Kolom Tetap Harian FAJAR bertajuk "Wahyu dan
Akal - Iman dan Ilmu")
Kunjungi juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar