Anand Kreshna keturunan India kelahiran Solo Jawa
Tengah, sangat produktif menulis buku (sekitar 30-an buku) dan diterbitkan oleh
Gramedia --kelompok Kompas yang dikenal dengan kelompok Katolik terkemuka.
Dengan buku-bukunya itu Anand yang tak jelas agamanya (tampaknya Hindu) ini
menyebarkan faham yang sangat menohok Islam, menyesatkan Ummat Islam, dan bahkan
menyeret ke pemahaman model pluralisme (semua agama sama dan paralel), diaduk
dengan ajaran tasawuf sesat wihdatul wujud (manunggaling kawula Gusti,
menyatunya makhluk dengan Tuhan). Hanya saja anehnya, dalam buku-bukunya itu dia
satu sisi mengingkari Tuhan itu sendiri dengan berbagai aturan-Nya atau
Syari’at-Nya.
Anehnya, pemikiran yang sangat berbahaya bagi Ummat Islam
itu justru didukung oleh orang-orang dari Yayasan yang disebut Yayasan Wakaf
Paramadina di Jakarta yang dirintis oleh Nurcholish Madjid alumni Chicago
Amerika Serikat 1985 dan Utomo Dananjaya, serta sebagian orang IAIN (Institut
Agama Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sehingga ketika salah satu buku
Anand Kreshna dibedah di lingkungan IAIN Jakarta oleh DR Komaruddin Hidayat
serta Dr Kautsar Azhari Noer, keduanya dosen di kampus itu --menurut sumber
terpercaya yang hadir di acara itu— dua dosen ini menyatakan bahwa di dalam
Islam, faham reinkarnasi (nyawa orang meninggal balik lagi ke bumi dan berpindah
ke jasad yang baru lagi) adalah dibenarkan. Bahkan disebut sebagai bukti
keadilan Tuhan. Lalu Lia Aminuddin tokoh (wanita) sesat yang memproklamirkan
agama baru bernama Salamullah dan mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi pun dalam
majelis bedah buku itu mengemukakan bahwa faham reinkarnasi itu adalah benar.
Maka ditantanglah oleh seorang yang hadir, agar acara itu segera dibubarkan.
Karena, kalau tidak, maka jelas akan menyesatkan Ummat Islam. Terjadilah semacam
keributan, kemudian terpaksa acara bedah buku itu dibubarkan. Peristiwa tahun
2000 ini hampir tak terdengar di masyarakat, namun buku Anand Kreshna telah
beredar di mana-mana, sehingga koran harian Republika yang edisi
mingguannya pernah menampilkan hasil wawancara dengan Anand Kreshna sehalaman
penuh, lantas didatangi ramai-ramai oleh 16 tokoh dari DDII (Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia), LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam), dan KISDI
(Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam) untuk mempersoalkan masalah
Anand Kreshna yang fahamnya menyesatkan Ummat Islam itu. Ternyata peristiwa
pada Agustus 2000M itu mendapatkan tanggapan positif dari pihak Republika,
sehingga koran yang kadang menampilkan hal yang sesat dan tak sesuai dengan
Islam ini menampilkan tulisan tentang sesatnya Anand Kreshna dalam edisi Dialog
Jum’at. Akibatnya, konon pihak Gramedia menarik buku-buku Anand Kreshna dari
peredaran (sementara?), namun yang jelas telah berpuluh-puluh ribu buku Anand
Kreshna berisi penyesatan terhadap Ummat Islam itu beredar dan dibaca oleh
masyarakat luas selama ini.
Sementara itu pihak pemerintahan Gus Dur (Abdurrahman
Wahid) yang oleh kelompok-kelompok sesat diucapi dengan kata-kata: “Mumpung Gus
Dur jadi Presiden” (yang menandakan masa emas bagi kelompok-kelompok sesat),
tampaknya sangat jauh dari menyetop masalah-masalah yang berbahaya bagi aqidah
Ummat Islam, karena bekas ketua umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) itu
dikenal aqidah dia sendiri adalah amburadul, yaitu belepotan dengan kepercayaan
klenik (tathoyyur, satu jenis kemusyrikan) dan wisik (wangsit) kuburan
keramat. Hingga acara kemusyrikan yang jelas-jelas nyata yaitu ruwatan pun dia
hadiri dengan sukarela, bahkan sebelumnya dia dikhabarkan akan diruwat. (Baca
tentang ruwatan dan do’a bersama antar agama, dalam buku ini).
Berikut ini beberapa contoh kesesatan faham yang
dipasarkan Anand Kreshna lewat buku-bukunya serta faham para pendukungnya yang
memberi kata pengantar di buku itu. Kami kutip ungkapan Anand Kreshna ataupun
pemberi kata pengantarnya, kemudian kami beri tanggapan, komentar, atau bahkan
bantahan, agar para pembaca bisa membandingkan antara sesatnya faham mereka itu
dan terangnya dalil yang berlawanan dengan mereka.
Buku Anand Kreshna berjudul
Surah-Surah Terakhir Al-Quranul Karim bagi Orang Modern,
sebuah apresiasi,
terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta .
Surah-Surah Terakhir Al-Quranul Karim bagi Orang Modern,
sebuah apresiasi,
terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta .
Buku ini mengandung berbagai masalah yang
mengaburkan aqidah Islam.
Berikut ini beberapa masalah yang perlu dipersoalkan dalam buku itu:
Berikut ini beberapa masalah yang perlu dipersoalkan dalam buku itu:
Kutipan dari halaman XII :
Keseimbangan sifat-sifat maskulinitas dan feminitas Tuhan terungkap secara elegan di ketiga surah ini. (tulisan Dr Nasaruddin Umar, MA, pembantu rektor IV IAIN Jakarta).
Tanggapan: Manusia tidak berhak
memberikan sifat-sifat kepada Allah, dan hanya Allah lah yang berhak memberikan
sifat-sifat-Nya. Karena, manusia sama sekali tidak punya pengetahuan tentang
Allah, kecuali yang Allah khabarkan. Sedangkan Allah SWT telah menegaskan
larangan mengikuti apa-apa yang kita tidak ada ilmu.
”Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Israa’/ 17:36).
Alah SWT juga berfirman, yang artinya:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri...” (QS Al-An’aam/
6:59).
Lantas, dari
mana Dr Nasruddin Umar MA bisa mengungkapkan sifat-sifat yang ia sebut
sifat-sifat maskulinitas dan feminitas Tuhan, bahkan ia bisa menimbangnya
sehingga dia nilai seimbang itu?
Kutipan dari halaman XII pula:
Ini membuktikan bahwa pemahaman Al-Qur’an
bukan hanya hak prerogatif sekelompok umat Islam tetapi Al-Quran betul-betul
sebagai rahmat bagi semua (rahmatan lil ‘alamin). (tulisan Dr
Nasruddin).
Tanggapan: Bagaimana ini? Satu kasus,
yaitu adanya orang non Muslim yang memahami Al-Qur’an semaunya (sebagaimana akan
diungkap sebentar lagi, insya Allah) lalu dijadikan alat untuk mengabsahkan hak
bagi siapa saja untuk memahami Islam, dengan dalih rahmatan lil’alamin.
Sedangkan pemahaman ummat Islam sendiri terhadap Al-Qur’an pun tidak sah kecuali
memenuhi syarat, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah. Kaidahnya yaitu di antaranya
telah ditegaskan oleh Nabi SAW:
من قال فى القرأن برأيه أو بما لا يعلم
فليتبوأ مقعده فى النار.
“Barang siapa berkata
mengenai Al-Qur’an dengan pendapatnya atau dengan apa-apa yang ia tidak tahu,
maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknnya di dalam neraka.” [1]
Dengan demikian, betapa
beraninya doktor yang memegang jabatan di IAIN Jakarta itu memberikan hak
keabsahan kepada orang non Muslim untuk memahami Al-Qur’an sebegitu
saja.
Kutipan dari halaman XVII:
Buku ini
akan mengajarkan dan menuntun pikiran dan tingkah laku manusia untuk dapat
mengekspresikan dirinya sebagai “kebaikan”. (Dr Nasruddin Umar MA).
Tanggapan:
Dalam buku ini, apa yang disebut “kebaikan” itu maksudnya adalah Tuhan. Jadi
buku ini mengajarkan dan menuntun pembacanya untuk mengekspresikan dirinya
sebagai Tuhan. Kenapa seorang doktor di IAIN memberi apresiasi atau semacam
penghargaan terhadap buku yang menuntun pada kemusyrikan dan kesesatan seperti
ini?
Kutipan dari halaman XVII:
Ketiga surah ini mengingatkan
manusia akan fungsinya sebagai hamba (‘abid) dan sebagai representasi
Tuhan di bumi (khalifatun fi al –ardh).
Sanggahan: Manusia bukanlah representasi atau wakil Tuhan, tetapi
hamba Allah. Justru dalam do’a safar/ bepergian, Allah lah sebagai
khalifatuna, yang artinya pengganti atau wakil orang yang sedang
bepergian.
Kutipan dari halaman XVIII:
Dalam buku ini Pak Anand Kreshna ingin mengingatkan kepada kita semua
bahwa bukan aspek mistisnya surah-surah ini yang perlu ditonjolkan, melainkan
penghayatan maknanya yang begitu dalam dan komprehensif. (Dr Nasruddin Umar
MA).
Sanggahan: Pujian itu sangat jauh dari kenyataan, isi buku ini
sesat menyesatkan, dan kebohongan besar atas nama Nabi Muhammad SAW, karena Nabi
disebut sebagai orang yang mengatakan: Aku adalah Ahmad tanpa mim”.
Berarti, Akulah Ahad, Ia Yang maha Esa! Juga, “Aku adalah Arab
tanpa ‘ain”. Berarti, Akulah Rabb –Ia Yang Maha mencipta,
Maha Melindungi, Maha menguasai! (hal. 43).
Ini adalah ungkapan kemusyrikan,
diatas-namakan Nabi Muhammad SAW.
Kutipan dari halaman 8:
Baik dan buruk, dua-duanya berada dalam pikiran kita. Lalu, kita pula
yang menghubung-hubungkan kebaikan dengan apa yang kita sebut “Tuhan” dan
kejahatan dengan apa yang kita sebut “Setan”.
Tanggapan: Anand Kreshna sudah memulai untuk meniadakan Tuhan,
dengan cara mengaburkan tentang pengertian baik dan buruk. Ini arahnya adalah
ibahiyah, serba boleh, karena baik dan buruk dianggap hanya ada dalam
pikiran kita. Padahal, ukuran baik dan buruk dalam Islam itu landasannya adalah
wahyu dari Allah SWT. Singkatnya, inilah contoh dari orang yang menuhankan
nafsu, maka nafsunya (yang di sini disebut pikiran) mengadakan baik dan buruk
sekaligus menimbangnya, lalu dikaitkan dengan Tuhan dan Setan yang diadakan oleh
pikiran itu sendiri. Jadi, Anand Kreshna ini meniadakan Tuhan, lantas mengangkat
nafsu/ pikirannya sebagai Tuhan.
Kutipan dari halaman 10:
Saya seorang penyelam. Apa salahnya jika saya menyelami lautan Luas
Al-Qur’an? Saya bukan seorang ulama, bukan seorang sastrawan, bukan pula seorang
cendekiawan atau ahli filsafat. Kemampuan selam saya pun sangat terbatas. Namun
dengan segala keterbatasan itu, saya menemukan betapa indahnya perut laut.
Betapa indahnya “kandungan” Al-Qur’an. Saya ingin berbagi rasa, “Begini lho
pengalamanku selama menyelami Al-Qur’an.” Itu saja. Tidak lebih, tidak kurang.
Sanggahan untuk Anand Kreshna: Al-Qur’an memerintahkan, agar orang yang tidak mengerti itu bertanya
kepada ahludz dzikr yaitu ahli Al-Qur’an. Bukannya orang tidak tahu,
bahkan agamanya Islam atau bukan saja tidak jelas, lalu mengaku-ngaku menyelami
Al-Qur’an, kemudian membeberkan aneka macam, diatas-namakan hasil penyelamannnya
di Al-Qur’an lewat buku yang disebar luaskan dengan dalih berbagi rasa. Ini
diancam oleh Nabi Muhammad SAW:
َمنْ قالَ ِفى الْقرأن بغير علم فليتبوأ مقعده من النار.
“Barangsiapa berkata mengenai
Al-Qur’an tanpa ilmu maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di
nereka.”[2]
Rasulullah SAW bersabda:
“ Takutlah kamu pada hadits dariku kecuali apa-apa yang
kamu ketahui. Maka barangsiapa yang dusta atasku dengan sengaja maka hendaklah
menempati tempat duduknya di neraka, dan barangsiapa yang mengatakan tentang
Al-Qur’an dengan pendapatnya sendiri maka hendaklah ia menempati tempat duduknya
di neraka.” (HR At-Tirmidzi, juz 4, halaman 268).
Ancaman keras dari Nabi Muhammad SAW itu cukup jelas maknanya,
tidak bisa dikilahi dengan “sebagai penyelam Al-Qur’an yang ingin berbagi rasa”,
atau dikilahi seperti ucapan Dr Nasruddin Umar bahwa “pemahaman Al-Qur’an bukan
hanya hak prerogatif sekelompok umat Islam tetapi Al-Qur’an betul-betul sebagai
rahmat bagi semua (rahmatan lil ‘alamin)”. Kilah itu menabrak hadits
tersebut.
Kutipan dari halaman 12:
“…
Menurut pendeta itu, dia pun mulai menghormati ajaran Islam setelah membaca
buku-buku Bapak (Anand Kreshna –Ed).”
“Bapak harus menulis lebih banyak tentang
ajaran-ajaran Islam. Biar banyak lagi buku-buku yang bersifat
universal.”
Kutipan dari halaman 12-13: “Hari ini, saya bisa mengatakan, saya mencintai Islam
sebagaimana saya mencintai agama saya sendiri. Saya tidak perlu meninggalkan
agama saya. Saya tidak perlu masuk agama Islam. Untuk menghormati nabi Muhammad,
saya juga tidak perlu melepaskan keyakinan saya pada Yesus…”
Sanggahan untuk Anand
Kreshna: Ungkapan-ungkapan itu –karena ditulis dalam
buku yang berjudul Surah-surah terakhir Al-Qur’anul Kariem--, maka mengandung
pengertian: Arah dan isi surah-surah terakhir dalam Al-Qur’an itu agar manusia
menjadi seperti itu, tidak perlu Islam. Ini sangat menyesatkan. Bahkan karena
ungkapan itu berupa komentar terhadap buku-buku tentang Islam, berarti
mengandung pengertian bahwa ajaran Islam yang sebenarnya itu hanyalah menjadikan
orang agar tidak perlu Islam. Inilah salah satu cara pemurtadan yang
dilancarkan oleh pihak non Islam (Anand Kreshna tampaknya beragama Hindu) dan
kelompok Katolik yang dalam hal ini Kompas Grup yakni Gramedia. Tampaknya lunak,
tidak apa-apa, namun sebenarnya lebih jahat ketimbang pembunuhan, karena
Muslimin yang dibunuh tanpa bersalah insya Allah akan masuk surga, sedang kalau
dimurtadkan maka akan masuk neraka selama-lamanya.
Kutipan dari halaman 13: Bagi para pengkritik, saya hanya ingin menyampaikan satu hal. Jika
lewat buku-buku yang anda anggap sangat “pop” dan “tidak cukup bermutu” ini,
kita berhasil mempersatukan bangsa kita, jika kita berhasil membuat seorang
Kristen mulai menghargai Islam dan seorang Muslim mulai menghargai Buddha dan
seorang Buddhis mulai menghargai Hindu, lalau apa salahnya?
Sanggahan untuk Anand Kreshna: Salahnya, tujuan yang diandai-andaikan itu belum tentu terwujud, dan
kalau toh terwujud pun belum tentu Islam menginginkan seperti yang Anand
andaikan, sedang ajaran Islam, bahkan ayat-ayat Al-Qur’an telah diacak-acak
pengertiannya, secara semaunya, tanpa landasan dan dalil yang benar. Jadi,
justru telah merusak Islam secara sengaja dan sistematis, berdalih pengandaian
yang tampaknya indah, namun sebenarnya bertentangan dengan Islam. Dalam
Al-Qur’an ditegaskan, ummat Islam berlepas diri dari kekafiran dan penyembahan
berhala yang dilakukan oleh musyrikin, dan tegas-tegas ada pernyataan tentang
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya. Sebagaimana ditegaskan oleh Nabi
Ibrahim As dan pengikutnya terhadap kaum kafir-musyrik:
“Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekufuran)mu dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja.”
( QS Al-Mumtahanah/ 60: 4).
Apakah pantas, seorang yang menulis buku dengan
mengaku menyelami Al-Qur’an namun isi dan tujuannya menentang Al-Qur’an seperti
itu?
Kutipan dari halaman 14. Buku-buku saya adalah hasil
“kegelisahan” saya, “kekecewaan” saya terhadap bangsa kita yang sedang dilanda
fanatisme kelompok dan agama.
Sanggahan untuk Anand Kreshna: Kalau gelisah, lalu tidak menjadikan al-Qur’an sebagai sarana
melampiaskan kegelisahan, barangkali masih bisa dimaklumi. Tetapi, kenapa
gelisah lalu menjadikan Al-Qur’an dan Islam sebagai alat melampiaskan
kegelisahan? Padahal, kegelisahannya itu sendiri bertabrakan dengan Al-Qur’an,
karena fanatisme agama (Islam) itu justru wajib dalam Islam, sebagaimana
pernyataan Nabi Ibrahim tersebut di atas. (lihat QS 60:4). Kenapa gelisah? Dan
kenapa menggunakan Al-Qur’an untuk menohok Al-Qur’an pula?
Kutipan dari halaman 16:
Dalam empat surah ini, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas,
tersimpan rahasia Al-Qur’an. Inilah pesan Sufi, pesan Injil, pesan Zabur, pesan
Taurat, pesan Vedanta dan pesan Buddha. Ini pula pesan Islam!
Sanggahan untuk Anand Kreshna: Astaghfirullaahal ‘Adhiem. Empat surat itu adalah Kalamullah, ayat-ayat Allah. Bukan pesan Sufi. Bukan pesan Vedanta, dan juga bukan pesan Buddha. Ini benar-benar melecehkan Al-Qur’an. Kalau memang Anand Kreshna bertanggung jawab, ayat mana yang pesan Sufi, lalu ayat mana yang pesan Vedanta, ayat mana pula yang pesan Buddha? Jikalau benar klaim Anand, beranikah menunjuk bahwa salah satu ayat dari empat surat itu yang benar-benar pesan Taurat, lalu pesan Injil, dan pesan Zabur? Kalau sudah bisa menunjuknya, dari mana pula keterangan itu didapatkan? Bukankah itu artinya mengacak-acak Al-Qur’an dengan kata-kata yang sama sekali tidak bertanggung jawab? Dan benarkah Sufi (orang yang melakukan atau menganut ajaran tasawuf) itu ajarannya sesuai dengan Al-Qur’an sehingga Anand Kreshna bisa mengatakan bahwa “Inilah pesan Sufi”?
Kutipan dari halaman 21: Bagi Sheikh baba (guru selam Anand Kreshna, pen), Malaikat Jibril adalah “Kesadaran Tinggi” dalam diri Sang Nabi, sewaktu-waktu, ia bisa berkontak dengan “Kesadaran Tinggi” dalam dirinya dan memperoleh tuntunan serta bimbingan” yang dibutuhkannya. Beliau (Sheikh Baba, guru selam Anand Kreshna, pen) pernah menjelaskan: “Kesadaran Tinggi” dalam diri manusia adalah pancaran Kesadaran Murni yang disebut Allah, Tuhan, Ishwara, Ahura Mazda, atau Satnaam…”
Sanggahan untuk Anand Kreshna: Na’udzubillaahi min dzaalik. Di situlah Anand Kreshna menyuntikkan racun-racun faham beruapa Pluralisme, wihdatul Adyan (penyatuan agama-agama), dan tasawuf yang berbahaya bagi aqidah Islam. Sebegitu beraninya Anand Kreshna melandasi uraiannya tentang Surat Al-Ikhlas dengan aqidah kemusyrikan, yaitu Malaikat Jibril itu “Kesadaran Tinggi” dalam diri Sang Nabi. “Kesadaran Tinggi” dalam diri manusia adalah Pancaran Kesadaran Murni yang disebut Allah, Tuhan, Ishwara, Ahura Mazda, atau Satnaam….
Di Dalam Islam,
Malaikat Jibril adalah malaikat yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan
wahyu kepada para Nabi dan Rasul. Tugas itu dijelaskan Allah SWT dalam
Al-Qur’an:
رفيع الدرجات........ التلاق.
“(Dialah)
Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai ‘Arsy, Yang mengutus Jibril
dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki –Nya di antara
hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan
(qiyamat).” (QS Al-Mu’min/ 40:15).
Dalam
ayat itu jelas, Malaikat Jibril adalah utusan Allah untuk membawa wahyu kepada
para Nabi dan Rasul agar para Nabi dan Rasul itu memberi peringatan kepada
manusia tentang hari qiyamat. Malaikat Jibril bukan “Kesadaran Tinggi” dalam
diri Nabi yang sewaktu-waktu bisa dikontak seperti yang dikemukakan Anand
Kreshna itu. Jibril hanya datang kalau diutus oleh Allah. Demikian pula Jibril
bukan di dalam diri manusia ataupun pancaran Allah yang ada di dalam diri
manusia seperti yang dikemukakan oleh guru selam Anand. Kenapa bukan? Karena
tidak ada ayat maupun hadits yang menjelaskan seperti itu. Bahkan Nabi SAW
sendiri pernah gelisah karena lama tidak turun wahyu, berarti Malaikat Jibril
tidak datang, yang dalam tarikh Islam dikenal dengan masa fatrotil wahyi,
masa jeda tidak turun wahyu. Jadi ungkapan Anand Kreshna dan gurunya itu jelas
bukan dari ajaran Islam, namun kenapa untuk memberikan apresiasi terhadap
surah-surah Al-Qur’an? Ini namanya merusak pemahaman isi Al-Qur’an, yang hal itu
sangat tercela dan berhadapan dengan Ummat Islam sedunia.
Dengan kesesatan seperti itu maka Ummat Islam perlu waspada. Lebih dari itu, bahkan ada ajaran yang lebih sesat lagi disebarkan oleh Anand Kreshna, dengan mengutip perkataan orang Sufi/ tasawuf bahwa Nabi Muhammad saw berkata:
“Aku adalah Ahmad
tanpa mim”. Berarti, Akulah Ahad, Ia Yang maha Esa! Juga, “Aku
adalah Arab tanpa ‘ain”. Berarti, Akulah Rabb –Ia Yang
Maha mencipta, Maha Melindungi, Maha menguasai. (halaman 43).
Inilah puncak kesesatan yang disebarkan Anand Kreshna,
dengan mengutip perkataan orang sufi/ tasawuf, Anand menyebarkan faham
wihdatul wujud (manunggaling kawula dengan Gusti, menyatunya hamba dengan
Tuhan) satu faham kemusyrikan, dan kemusyrikan itu justru ditimpakan kepada Nabi
Muhammad saw. Betapa beraninya orang itu menuduh Nabi Muhammad saw pembawa
aqidah tauhid justru dituduh sebagai penganjur kemusyrikan. Na’udzubillahi
min dzalik!
Anehnya, ketika kesesatan
Anand Kreshna itu dipersoalkan tokoh-tokoh Islam (seperti tersebut di atas),
serta merta para pembela Anand Kreshna yang dirinyapun mengaku beragama Islam
masih berani membuka mulut dengan berdalih bahwa Anand Kreshna bukan menafsiri
Al-Qur’an tetapi memberikan apresiasi. Terhadap mereka itu, mari kita ajukan
pertanyaan: Pantaskah pemberian apresiasi semacam tersebut di atas? Tentu sangat
tidak pantas, karena justru sangat menyesatkan Ummat Islam! Di samping itu,
melecehkan Al-Qur’an itu sendiri, karena apresiasinya itu mengandung
tuduhan-tuduhan yang jauh dari isi dan misi Al-Qur’an.
BEBERAPA KUTIPAN DARI BUKU
ISLAM
ESOTERIS
Kemuliaan dan keindahannya
Karya: Anand Kreshna
(Penyelaman spritual Anad Kreshna bersama
Achmad Chodjim, Moulana Wahiduddin Khan)
Kata Pengantar: Dr. Komaruddin Hidayat
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kata Pengantar: Dr. Komaruddin Hidayat
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ungkapan-ungkapan Anand Kreshna dan
pemberi kata pengantar yang bertentangan dengan Islam atau mengaburkan aqidah,
langsung kami sertai tanggapan atau sanggahan sebagai berikut:
1. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin
Hidayat: - Bahkan kita melihat sentimen dan simbul keagamaan malah menjadi
bagian dari pemicu dan konflik-konflik.
- Jangan-jangan agama malah
menjadi bagian dari penyebab krisis ini? Hal.x
Tanggapan:
Selayaknya kalimat seperti itu hanya keluar dari mulut orang yang menentang
Tuhan atau ragu dengan agamanya sendiri. Dia anggap, orang baru benar dalam
beragama kalau tanpa sentimen agama dan tanpa simbul agama. Padahal, orang tak
beragama alias kafir pun justru sangat tinggi sentimen kekafirannya, dan fanatik
pada simbul kekafirannya. Kalau berani melepas sintemen dan simbul kekafirannya,
berarti dia rela untuk mengikuti agama. Kenapa orang beragama justru harus
melepaskan sentimen dan simbul keagamaannya? Haruskah mengikuti dan bahkan
menjadi orang kafir yang tidak dipersoalkan dalam memegangi sentimen kekafiran
dan simbul kekafirannya, karena sentimennya itu bukan sentimen agama tetapi
sentimen kekafiran? Mewakili siapakah doktor yang pejabat tinggi di Departemen
Agama ini dalam berbicara seperti itu?
2. Kuitipan tulsian Dr Komaruddin Hidayat:
Saya melihat dalam buku ini bangunan argumentasi reinkarnasi diambil dari
ayat Al Qur’an yang digabung dengan hasil telaah ayat-ayat kehidupan. Hal.
xi
Bantahan: Reinkarnasi yang bahasa
Arabnya at-tanaasukh adalah kepercayaan tentang kembalinya ruh ke bumi
lagi setelah wafatnya, dan berpindah kepada jasad lainnya. (Dr A Zaki Badawi,
A Dictionary of The Social Science, Librairie Du Liban, Beirut, cetakan
I, 1978, halaman 351). Reinkarnasi itu bicara tentang ruh, dan
kepercayaan semacam itu sama sekali tidak sesuai dengan Islam. Betapa beraninya
doktor ini bicara tentang ruh, padahal Nabi Muhammad saja dipesan oleh Allah
bahwa tentang ruh itu adalah termasuk urusan Allah. Allah berfirman yang
artinya:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh..
Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-Israa’/ 17:85).
Kalau terhadap roh yang jelas-jelas Nabi
Muhammad saw dipesan seperti itu saja doktor ini berani berbicara serampangan,
bahwa Al-Qur’an dia anggap jadi rujukan bangunan arugementasi reinkarnasi, maka
betapa lagi dalam hal-hal lainnya. Astaghfirullaahal ‘adhiem.
3. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin
Hidayat: Allah Maha Adil, Maha Kasih dan sekali-kali tidak akan menghukum
manusia kecuali manusia sendiri yang menghukum dirinya. Tuhan tidak akan
memasukkan hambanya ke neraka.hal. xii
Bantahan: Perkataan doktor ini coba
kita bandingkan dengan ayat Al-Qur’an, yang artinya:
“
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa
yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan
tidak ada bagi orang-orang yang dzalim seorang penolong pun.” (QS Ali Imraan: 192).
Dalam ayat itu jelas Allah lah yang memasukkan siapa yang Dia kehendaki
ke neraka.
4. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin
Hidayat: Sekarang ini adalah akhirat dari kehidupan sebelumnya dan merupakan
dunia bagi kehidupan yang akan datang. Hal. Xiii.
Tanggapan: Perkataan itu apakah
dimaksudkan untuk tidak percaya hari akherat, hari dibalasnya amal yaitu hari
qiyamat? Pertanyaan ini perlu diajukan, karena tulisan doktor itu adalah sebagai
kata pengantar dari buku Anand Kreshna yang belum tentu dia percaya akherat atau
hari qiyamat. Sedang pengantar yang model seperti itu ikut pula menjerumuskan
pembaca untuk tidak percaya akherat/ qiyamat. Atau memang sengaja demikian?
5. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin
Hidayat: Dikatakan dalam Al Qur’an bahwa surga itu berjenjang , Sedangkan
neraka adalah sebuah kejahatan …sedangkan surga dan neraka adalah suasana batu
dan nasib kehidupan itu sendiri.Hal. xv
Tanggapan: Sekali lagi, apakah ini
sengaja untuk menggiring pembaca agar tidak percaya surga dan neraka yang akan
menjadi tempat bagi manusia di hari qiyamat kelak? Betapa beraninya bermain-main
kata seperti itu, padahal menyangkut wilayah aqidah, wilayah ghaib, yang hanya
bisa kita berbicara kalau berlandaskan wahyu Allah SWT.
6. Kutipan dari tulisan Dr Komaruddin
Hidayat: Surga dan neraka itu adalah ciptaan manusia.hal. xvi
Tanggapan: Allah menamakan surga
atau jannah dengan nama-nama yang Dia jelaskan dalam Al-Qur’an yaitu: Firdaus
(QS 18:107; 23:11), ‘Adn (QS 9:72; 13:23; 16:31), Na’iim (QS 5:65; 22:56;
52:17), Daarus Salaam (QS 6:127), Ma’wa (QS 3:151; 3:162). Sedang neraka
dinamakan: Neraka Jahim (QS 3:119), Jahannam (QS 3:12), Sya’iir/ yang membakar
(QS 4:10), Saqor/ yang menghanguskan (QS 54:48), Huthomah/ yang menghancurkan
(QS 104:4), Hawiyah/ api yang menyala-nyala (QS 101:9), Ladho/ yang membakar (QS
70:15). Surga manakah yang ciptaan manusia, dan neraka manakah yang ciptaan
manusia pula dari nama-nama itu? Betapa rancunya perkataan doktor alumni Turki
yang termasuk pemimpin di Yayasan Paramadina Jakarta dan orang kesayangan
mendiang Harun Nasution di IAIN Jakarta ini. Apakah dia sudah menciptakan surga
untuk keluarga dan muqollid-muqollidnya, dan neraka untuk lawan-lawannya?
Sekali
lagi, untuk berbicara masalah ghaib haruslah dengan landasan wahyu. Tidak bisa
asal berucap.
7. Kutipan dari tulisan Anand Kreshna:
Jika shalat itu memang untuk mempersatukan kita dengan tuhan, dengan Allah,
dengan Widi, Tao, Bapak di surga apapun nama yang kita berikan kepadanya maka
cara shalat tidak perlu dipermasalahkan lagi. hal. 1
Tanggapan: Anand Kreshna ini di
samping memasarkan faham sesat berupa pluralisme, apakah ia ingin jadi nabi atau
sekalian jadi Tuhan? Rupanya Anand sangat menginginkan agar manusia terlepas
dari syari’at yang Allah turunkan kepada Nabi-Nya, dan agar Muslimin jadi murtad
mengikuti Anand Kreshna saja. Satu propaganda yang amat berbahaya dan mengajak
ke neraka, sebagaimana iblis dengan wadyabalanya para syetan yang menggoda
manusia untuk menyeretnya ke neraka.
Beberapa catatan
dari buku
Telaga Pencerahan Di Tengah Gurun Kehidupan
Apresiasi Spiritual terhadap Taurat,
Injil dan Al-Qur’an
Tulisan Anand Kreshna
Penerbit PT Gramedia Utama Pustaka, Jakarta, 1998
1. Kutipan: Katakan
kepadanya (yakni guru agama penanya yang menasihatinya agar berhati-hati
terhadap praktek-praktek meditasi Pen.) bahwa karena orang-orang seperti dialah,
bangsa kita ini bisa terpecah-pecah. Sebut nama saya dan katakan kepadanya bahwa
sebaiknya anda mendalami kembali kitab-kitab agamanya dan menemukan hal-hal yang
mempersatukan dia dengan penganut agama lain, bukannya hal-hal yang memisahkan
diri dari umat beragama lain.” Hal. 7
Tanggapan untuk Anand Kreshna: Di dalam
kalimat itu ada arogansi (takabbur, kesombongan), sok pintar, tuduhan, dan
anjuran yang sangat kabur.
2. Kutipan:
Cerita ini (Tentang seorang pangeran yang menganggap
dirinya seekor ayam, kemudian bisa disembuhkan oleh rabi Yahudi. Pen.) berasal
dari tradisi Hasid, salah satu tradisi spiritual dalam kalangan Yahudi. Cerita
ini dapat membantu kita memahami Nabi Musa dan Nabi Isa dan Nabi Muhammad.
Cerita ini dapat membantu kita menyelami Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Hal.
16
Tanggapan: Salah satu ciri kelompok ataupun orang-orang sesat adalah suka
melandaskan ajaran-ajarannya kepada cerita-cerita, baik itu cerita orang-orang
entah di mana, maupun cerita yang dibuat-buat. Jadi lebih mengunggulkan cerita
ketimbang dalil. Demikian pula untuk memahami Nabi-nabi dan kitab suci, dalam
kasus ini justru merujuk kepada cerita orang, padahal orang itu sendiri
menganggap dirinya bukan orang tetapi seekor ayam. Betapa tidak shahihnya cara
yang dia tempuh semacam ini.
3. Kutipan:
Jangan mengira manusia masa kini sudah terbebas dari
perbudakan. Manusia masih budak. Ia diperbudak oleh idiologi-idiologi semu. Ia
diperbudak oleh dogma-dogma yang sudah usang. Ia diperbudak oleh paham-paham dan
kepercayaan – kepercayaan yang sudah kadaluwarsa. Tetapi ia tetap juga membisu.
Jiwanya sudah mati. Ia ibarat bangkai yang kebetulan masih hidup. Hal.
19.
Bantahan: Penghinaan terhadap syari’at Islam yang benar-benar menyakitkan, dan
penghinaan terhadap Ummat Islam yang patuh mengikuti Syari’at Allah, dianggap
sebagai bangkai yang kebetulan masih hidup. Makhluk macam apa kurangajarnya,
kalau Tuhan yang menciptakannya telah dihina sedemikian rupa, sedang
hamba-hambanya yang tunduk pada Tuhannya dia hinakan sebagai bangkai
hidup? Astaghfirullaahal
‘adhiem...!
4. Kutipan:
Saya bertanya pada seorang wanita, mengapa ia selalu
menutup lehernya, Padahal cuaca di Jakarta cukup panas dan saya melihat bahwa ia
sendiri kegerahan…”Mengapa kau tidak buka saja itu lehermu?” Saya terkejut
sekali mendengarkan jawabannya, “cowok-cowok biasanya terangsang melihat leher
cewek, itu sebabnya saya menutupinya”. Ia membenarkan hal itu dengan menggunakan
dalil… Lucu, aneh! Ia diperbudak oleh peraturan-peraturan yang sumbernyapun
tidak jelas Hal.20.
Tanggapan: Ini
jelas melecehkan syari’at Islam, dalam kasus ini syari’at tentang menutup aurat
bagi wanita, dianggapnya memperbudak dan tidak jelas
sumbernya.
5. Kutipan:
Tuhan, Allah atau nama apa saja yang Anda berikan kepada
sang keberadaan, merupakan sumber energi yang tak pernah habis, tak kunjung
habis. Keberadaan mengalir terus, kehidupan berjalan terus. Betapa bodohnya
manusia yang mengagung-agungkan masa lalu, peraturan-peraturan yang sudah
kadaluwarsa dan tidak berani meninggalkan semuanya itu. Hal. 23 –
24.
Tanggapan: Ini
sangat menghina Nabi Muhammad saw pembawa Islam dari wahyu Allah SWT, menghina
syari’at Allah SWT, menghina para sahabat, dan seluruh ummat Islam dari dahulu
sampai kini dan nanti. Masih pula orang ini membodoh-bodohkan dan menginginkan
agar ummat Islam keluar dari Islam.
6. Kutipan:
Apabila Anda belum sadar bahwa sebenarnya Ia-lah
Segalanya dan bahwa Anda merupakan bagian dari-Nya setidaknya jadikan Dia bagian
dari hidup Anda. Menjadikan Dia bagian dari hidup Anda tidak mengecilkan Dia.
Hal. 29
Tanggapan: Ini
jelas keyakinan orang musyrik, mengaku-ngaku bahwa manusia (yang pasti punya
dosa ini) merupakan bagian dari Tuhan Yang Maha Suci. Dari mana orang yang
tentunya punya dosa itu mendapatkan jaminan bahwa dirinya adalah bagian dari
Dzat Yang Maha Suci? Betapa beraninya menyebarkan kemusyrikan dan kekafiran atas
nama Tuhan.
7. Kutipan:
Tuhan tidak berada di suatu tempat yang terpencil, di
balik matahari sana. Ia tidak berada di Taman Firdaus yang katanya penuh dengan
perawan-perawan, kebun-kebun dan sungai-sungai anggur. Ia senantiasa menyertai
anda. Hal. 29
Bantahan untuk Anand Kreshna:
Perkataan batil orang kafir dan semacamnya
seperti ini tidak punya dasar, namun dijadikan landasan untuk mengklaim bahwa
diri mereka disertai Tuhan dalam makna menyatu dan melebur dengan Tuhan, yang
itu adalah kepercayaan orang musyrik. Padahal Allah jelas-jelas mengatakan
الرحمن على العرش
استوى
“Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas
‘arsy.” (QS 20 Thaha: 5).
Sedang Rasulullah
saw bersabda:
" ينزل ربنا إلى السماء الدنيا حين يبقى
ثلث الليل الآخر."
Yanzilu Rabbunaa
ilas samaaid dun-yaa hiina yabqo tsulutsul lailil aakhiri.
“Tuhan kita turun
ke langit yang terendah ketika malam tinggal sepertiga bagian yang
terakhir.”
Allah SWT berfirman,
yang artinya:
“Dia-lah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas
‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia
bersama kamu di manapun kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS 57 Al-Hadiid:4).
Dalam ayat
ini Allah memberitakan bahwa Dia bersemayam di atas ‘arsy, mengetahui segala
sesuatu dan bersama kita di mana saja kita berada. Sebagaimana disebutkan,
disabdakan pula oleh Nabi saw dalam hadits al-Au’aal:
"والله فوق العرش وهو يعلم ما أنتم
عليه."
“Walloohu fauqol
‘arsyi wahuwa ya’lamu maa antum ‘alaihi.”
“Allah berada
di atas ‘arsy dan Dia mengetahui segala apa yang kamu perbuat.”
Ibnu Al-Qayyim
mengisyaratkan: “Allah telah memberitakan bahwa Dia bersama makhluk-Nya dan Dia
pun bersemayam di atas ‘arsy. Dan Allah telah menyebutkan kedua perkara ini
secara bersama-sama seperti dalam firman-Nya di surah Al-Hadid (ayat 4). Dalam
ayat ini Allah memberitakan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi, bersemayam di
atas ‘arsy dan bersama makhluk-Nya mengetahui amal perbuatan mereka dari atas
‘arsy-Nya. Seperti disebutkan dalam hadits Al-Au’aal: “Allah berada di atas
‘arsy dan Dia mengetahui segala apa yang kamu perbuat.” Maka keberadaan
Allah di atas ‘arsy tidak bertentangan dengan kebersamaan-Nya dengan makhluk,
dan kebersamaan-Nya dengan makhluk tidak menggugurkan/ membatalkan
keberadaan-Nya di atas ‘arsy, bahkan kedua-duanya sama benar.” (Mukhtashar
As-Shawaaiq Al-Mursalah oleh Ibnu Al-Maushili, hal 140, cetakan
Al-Imam).
Bahwa hakekat
pengertian kebersamaan Allah dengan makhluk tidak bertentangan dengan keberadaan
Allah di atas ‘arsy’, soalnya perpaduan antara kedua hal ini bisa terjadi pada
makhluk. Contohnya: seperti dikatakan : “Kami masih meneruskan perjalanan dan
bul-an pun kami ikuti. “Ini tidak dianggap kontradaksi dan tidak seorangpun
memahami dari perkataan tersebut bahwa bulan turun di bumi. Apabila hal ini bisa
terjadi pada makhluk, maka bagi Al-Khaliq yang meliputi segala sesuatu sekalipun
berada di atas ‘arsy tentu lebih patut lagi, karena hakekat pengertian
ma’iyah (kebersamaan) tidak berarti berkumpul dalam satu tempat.[3]
Perbedaan
Pendapat Mengenai Ma’iyah Allah SWT
Dalam masalah
ma’iyah (kebersamaan) Allah dengan makhluk, terdapat tiga
golongan:
Golongan Pertama:
Mengatakan bahwa ma’iyah Allah SWT dengan makhluk, bila umum
sifatnya, maka pengertiannya bahwa Dia mengetahui, dan meliputi mereka
(makhluk). Tetapi bila khusus sifatnya, maka pengertiannya (adalah) selain itu
(yaitu) bahwa Dia menolong dan mendukung. Dengan pengertian bahwa Dzat Allah
tetap Maha Tinggi dan bersemayam di atas ‘arsy.
Golongan
ini yaitu Salaf dan madzhab mereka adalah yang haq, sebagaimana telah ditegaskan
di atas.
Golongan Kedua:
Mengatakan bahwa ma’iyah Allah dengan makhluk berarti bahwa
Dia bersama mereka di bumi, dan berarti pula Dia tidak di atas dan tidak
bersemayam di atas ‘arsy.
Mereka itu
adalah Al-Hululiyyah (incarnasi, yaitu faham yang
menganggap manusia bisa lebur dengan Tuhan, pen) seperti pendahulu
Jahmiyah dan sekte lainnya. Madzhab mereka tentu bathil dan munkar, para
Salaf sepakat atas kebathilan madzhab ini dan menolaknya, seperti yang telah
dijelaskan.
Golongan Ketiga:
Mengatakan bahwa ma’iyah Allah dengan makhluk berarti bahwa Dia
bersama mereka di bumi disamping Dia pun berada di atas ‘arsy. Golongan ini
disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. ( Majmu’ Fataawa, jilid 5,
hal 299).
Golongan
ini menyatakan bahwa mereka telah menunjukkan zhair nash-nash dalam ma’iyah
dan ‘uluw (kebersamaan Allah dan makhluk dan keberadaan Dia di atas
‘arsy). Padahal mereka itu tidak benar dan salah dalam masalah ini, akhirnya
mereka pun tersesat. Soalnya nash-nash ma’iyah tidaklah menunjukkan apa yang
mereka katakan itu yaitu hulul (incarnation), karena hulul adalah
faham yang bathil. Dan tidak mungkin dhahir dari firman Allah dan sabda
Rasul-Nya sesuatu yang bathil.
Catatan:
Perlu
diketahui bahwa penafsiran Salaf tentang ma’iyah (kebersamaan) Allah
bahwa Dia bersama makhluq dengan ilmunya tidak berarti hanya mengetahui saja,
tetapi berarti pula bahwa Dia meneliti , mendengar, melihat, menguasai, mengatur
mereka dan pengertian lainnya yang menunjukkan rububiyyah Allah.
Adapun dalil-dalil
dari Kitab atas masalah ini bermacam-macam: QS 2:255, QS 6: 18, 61, QS 67:16,
QS35:10, QS70:4, QS3:55, QS16:102, QS32:5, dan beberapa hadits.
Syekh Muhammad
Shalih ‘Utsaimin menegaskan pula: “Saya katakan dalam tulisan saya itu, secara
harfiyah teksnya begini: “Dan kami berpendapat bahwa siapa yang mengatakan bahwa
dzat Allah berada di setiap tempat adalah kafir, atau sesat, jika dia
meyakininya; atau salah dan berdusta jika dia menisbatkannya kepada salah
seorang Salaf atau imam dari umat ini.”[4]
Selanjutnya Syekh
‘Utsaimin menegaskan: “Perlu juga diketahui bahwa setiap kata yang menimbulkan
pengertian bahwa Allah berada di bumi, atau bercampur dengan makhluk, atau
menafikan kemaha-tinggian-Nya, atau menafikan bersemayamnya Dia di atas ‘arsy,
atau pengertian lain yang tidak layak bagi-Nya, maka kata-kata itu bathil, wajib
diingkari terhadap yang mengatakannya, siapa pun orangnya, dan dengan lafazh
apapun kata-katanya.”[5]
Dari uraian yang
disaertai dalil-dalil tersebut maka jelaslah ungkapan-ungkapan Anand Kreshna
tersebut di atas yang didukung oleh Dr Komaruddin Hidayat, Dr Nasruddin Umar
dari IAIN Jakarta, dan orang-orang Paramadina Jakarta di bawah pengaruh Dr
Nurcholish Madjid dan Utomo Dananjaya serta diterbitkan secara besar-besaran
oleh penerbit Katolik grup Kompas yaitu Gramedia itu adalah jelas sesat lagi
menyesatkan ummat Islam.
8. Kutipan:
Dimana ada cahaya, tidak ada kegelapan. Dimana ada
Allah, allah lain tidak akan ada. Apabila Anda masih meng-allah-kan kekayaan,
meng-allah-kan kedudukan, meng-allah-kan ketenaran, ketahuilah bahwa Matahari
Allah belum terbit dalam kehidupan anda. Anda masih hidup dalam kegelapan. Hal.
32
Komentar:
Istilah semacam itu tidak pernah ada dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
9. Kutipan: Islam memperlakukan kaligrafi “Allah” dan “Muhammad”, “Hajar
Aswad” dan lain sebagainya dengan rasa hormat yang sama, sebagaimana Hindu dan
Umat Budha memperlakukan patung-patung mereka. Hal. 34
Bantahan:
Islam sangat membenci kemusyrikan dan memberantasnya, bahkan ada perintah
untuk memeranginya. Kenapa Anand Kreshna justru menimpakan kemusyrikan kepada
Islam? Alangkah beraninya.
10. Kutipan: Musa harus meletakkan
dasar-dasar hukum yang menyangkut moralitas dan etika. Adanya hukum-hukum
seperti terurai di atas (peraturan tentang Munakahah, Pen.) sudah cukup untuk
menjelaskan betapa rendahnya kesadaran orang Israil pada jaman itu…
Pada tingkat itu,
satu-satunya rasa yang dikenal oleh mereka adalah rasa cemburu “rasa
cemburu”…Itu sebabnya Musa harus menggambarkan Tuhan sebagai Yang Maha Cemburu.
Hal. 36 – 39.
Bantahan:
Walaupun tuduhan itu dialamatkan kepada Nabi Musa as, namun Anand Kreshna
sama juga menuduh Nabi Muhammad SAW dan ummat Islam, karena ungkapan tentang
Maha Cemburu atau semacamnya itu juga disampaikan oleh Nabi Muhammad saw.
Bukankah kemusyrikan yaitu menyekutukan Allah itu merupakan dosa terbesar dan
tak diampuni bila pelakunya sampai meninggal tidak sempat bertaubat? Bukankah
itu mengandung makan Maha Cemburu pula?
11. Kutipan:
Ia menjawab saya, “Apabila Tuhan menghendaki”…Sebenarnya ia sudah bisa
mengatakan “Tidak. Tidak bisa hadir”- selesai. Tetapi, ia harus menggunakan
istilah “asing” dan memakai dalil “Tuhan”… Jujur saja, katakan pekerjaan itu
diluar kemampuan Anda. Jangan menipu orang, jangan membohongi sendiri dengan
ucapan “Apabila Tuhan menghendaki”. Hal. 40 – 41
Tanggapan:
Dalam ajaran Islam,
kata “Insya Allah” merupakan ungkapan pengakuan ketidak berdayaan seorang hamba
di hadapan kehendak Allah SWT dan do’a supaya diberi kekuatan dan taufiq untuk
bisa menuanaikan janji dan tugasnya. Bukan basa-basi untuk mangkir janji. Dan
ucapan insya Allah ketika menyanggupi sesuatu untuk masa mendatang itu
diperintahkan langsung oleh Allah SWT: “Dan janganlah sekali-kali kamu
mengatakan terhadap sesuatu: “sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besuk pagi,
kecuali (dengan menyebut) : “Insya Allah”. (QS 18 Al-Kahfi: 23-24). Dalam
kasus ini Anand Kreshna bukan sekadar melecehkan Ummat Islam namun melecehkan
Allah SWT yang mengajarkan ucapan demikian terhadap nabi-Nya.
12. Kutipan: Itu sebabnya di tempat lain
ia akan meletakkan peraturan-peraturan bagi penyembelihan hewan untuk
upacara-upacara adat. Saya katakan “upacara adat”, karena spiritualitas tidak
bisa, tidak akan membenarkan pembunuhan, walapun yang dibunuh, disembelih itu
hewan. Lagi pula, apakah Tuhan membutuhkan pengorbanan hewan-hewan tak bersalah
itu? Hal. 48
Tanggapan:
Dalam point ini
agama asli Anand Kreshna secara tidak sadar nampak, bahwa ia seorang Hindu.
Padahal dia sedang membahas Taurat, Injil dan Al-Qur’an. Karena hanya dalam
ajaran Hindu larangan penyembelihan terhadap binatang itu dikenal, terutama
terhadap sapi. Pada prakteknya, mereka pun tidak akan konsisten dengan ajaran
ini. Apakah mereka tidak pernah membunuh lalat, kecoak, nyamuk yang menggigit
mereka atau memotong pepohonan yang juga sama-sama makhluk Allah SWT.? Sama-sama
bernafas? Kebenciannya terhadap aturan Allah SWT yang muncul dengan tulisannya
itu sama dengan menyiapkan dirinya untuk mendapatkan adzab Allah di akehrat
kelak, walau dia tidak mempercayainya. Bahkan adzab di dunia pun dia apabila
terkena pasti tidak mampu menghindarinya, apalagi di akherat kelak.
13. Kutipan: Meditasi membuat Anda sadar
akan jati-diri Anda. Kesadaran mengantar Anda ke pencerahan jiwa…Pencerahan jiwa
memperluas pandangan manusia. Ia tidak akan berpikir sempit lagi. Pada etape
itu, terjadilah dialog antara manusia dan apa yang anda sebut “Tuhan”. Bahkan
sebenarnya, pada etape itu jiwa menyatu, bersatu dengan Tuhan, dengan
Keberadaan, dengan Alam Semesta. Pada etape itu, sangat sulit memisahkan manusia
dari Tuhan, Tuhan dari manusia. Pada etape itu sangat sulit memisahkan, yang
mana kata manusia, yang mana firman Tuhan. Hal. 63
Tanggapan:
Ini adalah akidah
wihdatul wujud, menyatunya makhluk dengan Tuhan. Kesesatan yang
telah lebih dulu dianut oleh Ibnu Arabi, Al-Hallaj tokoh sufi sesat yang dibunuh
oleh para ulama tahun 309H/ 922M di jembatan Baghdad. Faham itulah faham
kemusyrikan yang sangat diberantas oleh Islam. Pelakunya adalah musyrik, akan
kekal di neraka, apabila dia mati belum sempat bertaubat kepada Allah
SWT.
14. Kutipan dari cerita Sufi yang ia
sebut syarat dengan makna: “…Sewaktu menyemir sepatu hamba yang sudah robek,
hamba baru sadar bahwa Ia (Tuhan, Pen.) sebenarnya berada dalam diri hamba
sendiri. Sekarang hamba sudah tidak merindukan-Nya lagi. Hal. 66 -71
Tanggapan: Pelecehan terhadap Syari’at
dan kenabian Nabi Musa a.s khususnya, sampai digambarkan: seorang gembala sufi
yang mengatakan “ingin menyemir sepatu Tuhan, ingin membereskan tempat tidur-Nya
dan memberi-Nya anggur serta buah-buah,” si sufi ini dianggap maqomnya di sisi
Allah SWT lebih tinggi dibanding Nabi Musa a.s. Ini jelas-jelas melecehkan Nabi
Musa as dan syari’atnya dan mengunggulkan kesufian. Sangat bohong dan dusta,
seorang Anand Kreshna yang anti penyembelihan qurban tetapi sikap antinya itu
ditulis dalam buku yang ia sebut apresiasi (penghargaan) terhadap Al-Qur’an.
Sedangkan menyembelih hewan qurban itu jelas ada di dalam Al-Qur’an (QS 3:183;
5:27; 46:28).
Demikianlah aneka kesesatan telah mereka
sebarkan secara tolong menolong antara yang berfaham pluralisme, hulul
(incarnasi, melebur dengan Tuhan), wihdatul wujud (menyatu dengan Tuhan), sedang
mereka itu ada yang beragama Hindu, ada yang mengaku Muslim dengan sering
menjajakan tasawwuf, dan didukung oleh kelompok Katolik grup Kompas, yaitu
Gramedia yang punya cabang di mana-mana.
Janganlah Ummat Islam terlena sedikitpun
dengan kesesatan yang mereka jajakan setiap saat. Sebab, begitu terlena sedikit,
kemungkinan kita bisa terseret sejauh-jauhnya, yaitu aqidah kita dari Tauhid
menjadi syirik. Dari menuju ke surga berubah jadi ke neraka.
Na’udzubillaah!.
Sikap
Islam terhadap perusak ataupun penghina Islam.
Setelah
kita mencermati aneka kesesatan dan penghinaan yang ditimpakan kepada Islam dan
Ummatnya, maka kita perlu menyimak sikap Islam terhadap pihak-pihak yang
memusuhi Islam seperti itu sebagai berikut:
Halal Darahnya:
Apabila seseorang sudah
memenuhi syarat sebagai pelaku nabi palsu, atau berperan menghina, menyindir,
mencela, atau merendahkan Allah SWT, ayat-ayat-Nya, Rasul-Nya, dan ajaran
Islam; maka ia wajib dibunuh.
Syaikhul Islam Ibnu taimiyyah menukil perkataan Imam
Ahmad: “Barangsiapa yang menyebut sesuatu yang mengejek Allah SWT maka wajib
dibunuh, baik dia Muslim atau kafir. Inilah pendapat penduduk Madinah.”
(As-Sharim al-Maslul, hal 555). Beliau juga menukil perkataan Imam
Ahmad: “Siapa saja memaki Nabi SAW, baik Muslim atau kafir maka dia wajib
dibunuh.” (as-Sharim al-Maslul, hal 558). (Lihat Majalah As-Sunnah,
Edisi 09/ Th IV/ 1421-2000, halaman 37).
Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya, kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta
maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 66).
‘Anis-Sya’bi ‘an ‘ali RA anna yahuudiyyatan kaanat
tasytumun nabiyya SAW wa taqo’u fiihi fakhonaqohaa rojulun hataa maatat fa
abthola Rasuululloohi SAW damaha.
Diriwayatkan dari As-Sya’bi dari Ali RA bahwa ada
seorang Yahudi perempuan mencaci Rasulullah SAW, maka seorang laki-laki
mencekiknya hingga mati, maka Rasulullah SAW membatalkan (tebusan) darahnya.
(HR Abu Dawud, shahih).
Ini berarti orang yang mencaci Rasulullah SAW
itu halal darahnya/ dibenarkan untuk dibunuh. (Tulisan ini hasil
kerjasama para ustadz di LPPI).
Tasawuf, Pluralisme, & Pemurtadan.
- H Hartono Ahmad Jaiz -
Kunjungi juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar